Sabtu, November 24, 2007

Harley-Davidson 750 cc WLA 1942 (Jepang)

KLIK - DetailChicara Art Part II di Asian Championship of Custom Bikes Building yang dibuat AMD (22/10), di Kuala Lumpur, Malaysia.

Motor kedua ini juara pertama di event tahun ini. Doi ngambil bahan dari the forty five alias Harley-Davidson (H-D) 750 cc lansiran 1942. Kelahirannya hampir sezaman Jepang masuk Indonesia. Oh ya, girboks dipilih lansiran Inggris yakni Triumph 1960 empat percepatan. Siap?KLIK - Detail

Jebolan graphic design ini pengin terkesan lebih udzur dari karya pertamanya. Untuk itu doi terinspirasi sepeda onthel atau motor yang lahir era 20-an. Sektor roda, pria bernama panjang Nagata itu memilih lingkar 3,00x28 inci. Pilihan yang nggak umum untuk seorang builder dan sekaligus jadi keistimewaannya.

KLIK - DetailDari sini, ia perlu berpikir keras. Genre flat track yang lurus ala drag membuat lingkar roda mepet bagian atas terutama lampu depan komstir. Makanya, ia masih sreg memilih sistem sok ala Chicara I yakni per depan di down-tube dan back bone. Dengan begitu, sok depan rigid dan ban nggak bakalan nabrak sistem kemudi di atas.

Roh naked bike ol skool-nya lebih ekstrem ketimbang buatan pertamanya. Kali ini tangki tak cuma menggantung di back-bone, tapi juga nempel di down-tube. Agar estetika nggak terlalu rame, ia hanya menyasar single back-bone yang dibuat terpisah. Ke belakang, doi mengambil suspensi ala softail dengan upper swing-arm dan lower swing-arm-nya.

LEBIH SPORTY
Inilah perenungan dan sifat nyeleneh sang builder. KLIK - DetailMotor pertamanya mengambil basik Flathead 1939. Uniknya, bentuk motor masih mendekati motor modern dengan sedikit ciri motor jalanan.
Untuk karya kedua ini, walau memilih mesin lebih muda dengan desain lebih udzur, Chicara ingin ‘bermain’ di motor sport khususnya drag. Untuk ini, banyak builder saingannya di Malaysia kemarin mengomentari sebagai motor berergonomi buruk. “Mana enak disemplak!” kata mereka.

Tapi, sesuai gayanya yakni drag-jadul, doi kalem aja. Apalagi pria imut ini punya filosofi traveling art (perjalanan olah karsa dan karya dinamis) hingga selalu menyimpang pakem. Menegaskannya, jok bener murni sepeda kumbang dengan aksentuasi sepatbor super-minimalis.

Coba bayangin riding positionnya. Penunggang benar-benar tiduran. Di depan, ia wajib menjangkau setang lurus dan agak lebar. Sedang pijakan kaki mendekati teromol belakang alias tiarap.

Foot board bertuliskan Harley-Davidson dirancang simpel dan sangat mekanis. Untuk bagian kiri alias untuk rem belakang, cukup dihubungkan tuas pendek guna menekan kampas rem di dalam teromol. Sedang kanan untuk operan gigi.

Jajal Honda RC212V

KLIK - DetailBukan mimpi, tapi nyata, tim motor plus nyemplak kuda besi MotoGP milik Dani Pedrosa. Asli RC212V dari Repsol Honda. Tulen, meliuk di sirkuit Sepang, Malaysia. Nyali dipertaruhkan menggeber RC212V tembus 15.000 rpm di trek lurus Sepang.

Tim motor plus Rabu pekan lalu (14/11), diundang PT Astra Honda Motor (AHM) dan Honda Motor Co., Ltd. motor plus adalah satu-satunya wakil Indonesia menjajal Honda RC212V besutan Pedrosa. KLIK - Detail

Ini motor yang dipakai Pedrosa kala juara seri akhir MotoGP 2007 di Valencia, Spanyol. Motor ini juga yang mengantar Pedrosa runner-up World Championship 2007. “Seting tidak berubah, hanya gigi rasio disesuaikan trek Sepang,” ujar Kosuke Yasutake, HRC Managing Director yang terheran-heran dengan keterampilan membalap motor plus.

Acara ini khusus untuk wartawan. Yang diundang pun, hanya dari negara tertentu yang ditunjuk Honda Motor Co., Ltd. Selain Indonesia, ada Jepang, Australia, Malaysia, Thailand dan Hongkong. Pendek kata, test ride di Sepang ini momen hebring.

KLIK - DetailKetar-ketir juga membayangkan ngebut dengan power mesin di atas 210 dk. Mesin belum hidup aja, auranya sudah terasa. Postur seksi dan dimensi mesin padat, bikin denyut nadi tambah ngos-ngosan. Itu perasaan Em-Plus saat berdekatan di paddock.

Apalagi, ketika mekanik menuntun RC212V ke depan pit. Mesin pun dihidupkan dengan alat khusus. Treek...treek, wrumm! Hati berdesir. Jantung berdetak keras akibat efek mesin yang memakai kem tinggi.

Ogah buang waktu, Tim motor plus cabut dari pit. Gaya berjalan dan perasaan Tim motor plus macam pembalap dunia. Soal gaya, Pedrosa kalah. Kan gaya dulu, kemampuan urusan belakang. Langsung membiasakan diri sebentar di pit lane. Gas mulai dibuka sejurus setelah bergabung di trek.

Sensasional! Itu kata yang keluar dari mulut. Begitu gas dipelintir, power mesin langsung tersalur ke roda. Gas terus dibuka. Akselerasi gak pernah putus, baik di turunan maupun tanjakan sirkuit Sepang.

Sempat ragu dan nyali kendur saat keluar tikungan, takut motor melintir jika gas dibuka mendadak. Apalagi dengan isu Michelin di MotoGP. Nekat lakukan itu di tikungan parabolik, eh RC212V tetap ‘diam’. Power delivery ini mulus. Tidak mengentak. Justru berkesan smooth dan jinak.

Terus melesat di back straight sirkuit Sepang. Nah, di lintasan ini baru ketemu masalah. Salah persneling, Bro! Maunya sih dari 4 turunin 3 terus 2, eh malah masuk gigi 5. Salah oper! Bukannya turun kecepatan eh motor ngeloyor lagi.

Nyaris masuk gravel! Walah! Saking senangnya lupa konfigurasi persneling 800 cc ini. Naik perseneling 2 sampai 6, tuas pesneling diinjak ke bawah. Gigi satu dicungkil ke atas. Tipe sport Indonesia kalo turun gigi kaki menekan tuas persneling. Tapi di RC212V, kebalikannya. Nurunin gigi justru mencungkil tuas persneling.

Meski mis-gear, rem depan luar biasa pakem. Kesalahan segera bisa dikoreksi dan motor kembali ke racing line, walau detak jantung motor plus sudah tak karuan.

Jatung belum berhenti sudah menunggu trek lurus di depan pit. Tim Motor Plus penasaran, bagaimana rasanya melesat kayak peluru seperti Pedrosa. Sejak keluar R15 (tikungan terakhir), coba rolling speed pada gigi 2. Begitu moncong R212V mengarah ke trek lurus, gas dibuka habis dalam keadaan miring.

Cuek, toh ada komputer yang ikut mikir! Blas... Pindah gigi 3 sampe 6, gas pol. Busyet! Tetap, kepala godhek kena angin. Padahal, helm sudah mepet sama tangki dan badan streamline abiz!

Enggak tahu deh itu lari berapa? Wong di kokpit cuma ada takometer analog dan posisi persneling pakai angka digital. Yang teringat jarum menunjuk 15.000 rpm pada gigi 6.

Untuk ngelirik penuh perjuangan. Karena semua pandangan enggak jelas. Bukan karena embun atau kaca helm berkabut. Tapi kecepatan sangat tinggi. Papan penunjuk jarak di kiri trek terlihat kabur. Ampyun!

Lebih kaget lagi ketika bersiap menyongsong R1. Kepala mendongak sambil tarik rem depan. Eh, begitu kepala naik, badan malah ketarik ke belakang. Itu akibat kuatnya terpaan angin. Lupa, bahwa mengangkat kepala dan badan harus masih satu garis dengan tudung depan. Jadi, dilarang seketika mengangkat badan tinggi-tinggi. Yah, namanya juga lupa.

Gelagapan, setang pun digengam lebih kuat. Begitu tuas rem depan dicolek 2 jari, giliran badan yang mau terlempar ke depan. Saking pakemnya, badan seperti didorong pakai benda berat agar terlempar ke depan. Ini namanya gaya gravitasi

Tapi meski motor powerful dan kemampuan pengereman demikian hebat, kedua tangan tidak merasakan pegal berarti selama menjajal 4 lap.

Motor plus yakin, bila punya banyak kesempatan bukan tak mungkin bisa membukukan kecepatan fantastis. Pedrosa pun bisa lewat. Maksudnya, silakan saja Pedrosa lewat kiri atau kanan.



Modifikasi

Honda Tiger 1996 (Jakarta)
Kratos Super Fighter



KLIK - DetailSebelumnya Em-Plus kasih ucapan thank’s buat BUF alias Budi Udin Fakkar yang kasih izin penulis riding di atas motornya. Baginya, jarahan kali ini punya nilai sentimentil karena motornya pribadi.

“Yang jelas, Jatayu Motor Sport (JMS) ingin tampil beda di jarahan kali ini,” buka warga jalan Jatayu di Komplek Taman Harapan Indah (THI), Tubagus Angke, Jakarta Barat ini.KLIK - Detail

Pertama bicara konsep, ia beranjak dari gabungan dua konsep, superbike dan streetfighter. Aroma pertama datang dari jarahan knalpot minimalis yang biasa diterapkan, R6 atau GSX600 terbaru. Tentu saja bukan pekerjaan kecil. Tekukan ke samping aslinya Tiger harus direhab total dengan lekukan halus langsung ke bawah kemudian menekuk di bawah. ”Rada ribet juga sih,” aku BUF.

KLIK - DetailDi belakang, gaya superbike terlihat di pilihan pro-arm Ducati 916. Hasilnya, nuansa motor ‘berdarah panas’ didapat dari sisi ini,” ungkap Budi.

Sumbangan streetfighter nggak kalah gede. T Atas-bawah Aprilia RS250-nya dibumbui raiser pendek untuk memasang setang baplang khas stunt rider. ”Tarohlah saya pakai gaya bisa dengan setang jepit, estetika dan sinergi khas ‘begundal’ jalanan nggak bakal kena,” kata builder yang menamai motornya, Kratos Super Fighter. KLIK - Detail

Apa arti namanya. “Kratos sari tokoh games God of War dan Super Fighter adalah gabungan superbike dan streetfighter,” jelas Budi dengan nada bicara khas berapi-api tapi nggak sampai menyambar bensin.

Dari dua konsep tadi JMS berlanjut ke detail dan komponen penunjang. Sasis asli Tiger masih tetap bertahan. Untuk menyamarkannya, Budi melabur sasis standar dengan cat hitam dan penambahan sasis tubular di back-bone agar telihat berotot. Aroma motor Italia kental di sasis ini. “Tapi nggak mau terlalu Eropa!“ jelasnya.

Cara menghindarinya, ia ogah menyasar buntut terlalu nungging seperti stunt rider Eropa. ”Ekstremitas nggak di buntut itu. Gue lebih suka memendekkan wheel base buntut runcing tidak terlalu ke atas. Kesan bengal, minimalis dan sporty tadi didapat tanpa menganggu sektor buntut dan komponen lain. Seperti sein atau dudukan pelat nomor. Harus clean!” tekadnya.

Pantas kalau kemudian ia pede memasang LED di kolong dengan 14 bulatan sinar. Sip.

BULLDOG BERJENDELA INTIP
KLIK - DetailModel besar di depan dan mengecil ke belakang (bulldog style) memang dipilih JMS. Lihat aja, tangki Ducati Monster jadi komponen paling menonjol dan banyak meminta perhatian. Sebagai penyeimbang, mereka memasang sok depan upside down Kawasaki ZX dan batok lampu trail.

Ide kreatif yang layak dicatat adalah pemasangan jendela intip di blok kanan mesin. “Kelihatan unik. Saat mesin nyala, mekanisme di dalam mesin bisa diintip,” bangga Budi.

JAGOAN ADU MODIF!
Bagi yang sudah melihat tayangan final Adu Modif di Trans 7, pasti sudah tahu Honda Tiger ini. Yup, jawara atau pemenang utamanya ya Tiger ini. Budi Udin Fakkar sang builder sanggup mengalahkan 11 modifikator unggulan lainnya. Setelah baca tulisan di atas, hilang sudah rasa penasaran kenapa bisa menang di final.

Tayangan Adu Modif seolah MOTOR Plus banget. Padahal Em-Plus hanya sebagai media pendukung, lho. Artinya isi tayangan sepenuhnya di luar tanggung jawab tabloid motor pertama dan terbesar di Indonesia.

Isi sepenuhnya cipta karsa Cross Media Internasional sebagai production house (PH). Wajar kalau di episode awal ada beberapa keganjilan. Seperti modifikator harus mengerjakan motor dalam 5 hari. Enggak mungkin kan, Bro!

DATA MODIFIKASI
Ban depan Michelin 120-70/17
Ban belakang Michelin 190-50/17
Pelek Marchesini
Braket mesin Dural by JMS
Tangki Ducati Monster
Sok belakang Ohlins
Knalpot Yoshimura
Kaliper depan Brembo 4 piston Rp 8 juta