Sabtu, November 24, 2007

Jajal Honda RC212V

KLIK - DetailBukan mimpi, tapi nyata, tim motor plus nyemplak kuda besi MotoGP milik Dani Pedrosa. Asli RC212V dari Repsol Honda. Tulen, meliuk di sirkuit Sepang, Malaysia. Nyali dipertaruhkan menggeber RC212V tembus 15.000 rpm di trek lurus Sepang.

Tim motor plus Rabu pekan lalu (14/11), diundang PT Astra Honda Motor (AHM) dan Honda Motor Co., Ltd. motor plus adalah satu-satunya wakil Indonesia menjajal Honda RC212V besutan Pedrosa. KLIK - Detail

Ini motor yang dipakai Pedrosa kala juara seri akhir MotoGP 2007 di Valencia, Spanyol. Motor ini juga yang mengantar Pedrosa runner-up World Championship 2007. “Seting tidak berubah, hanya gigi rasio disesuaikan trek Sepang,” ujar Kosuke Yasutake, HRC Managing Director yang terheran-heran dengan keterampilan membalap motor plus.

Acara ini khusus untuk wartawan. Yang diundang pun, hanya dari negara tertentu yang ditunjuk Honda Motor Co., Ltd. Selain Indonesia, ada Jepang, Australia, Malaysia, Thailand dan Hongkong. Pendek kata, test ride di Sepang ini momen hebring.

KLIK - DetailKetar-ketir juga membayangkan ngebut dengan power mesin di atas 210 dk. Mesin belum hidup aja, auranya sudah terasa. Postur seksi dan dimensi mesin padat, bikin denyut nadi tambah ngos-ngosan. Itu perasaan Em-Plus saat berdekatan di paddock.

Apalagi, ketika mekanik menuntun RC212V ke depan pit. Mesin pun dihidupkan dengan alat khusus. Treek...treek, wrumm! Hati berdesir. Jantung berdetak keras akibat efek mesin yang memakai kem tinggi.

Ogah buang waktu, Tim motor plus cabut dari pit. Gaya berjalan dan perasaan Tim motor plus macam pembalap dunia. Soal gaya, Pedrosa kalah. Kan gaya dulu, kemampuan urusan belakang. Langsung membiasakan diri sebentar di pit lane. Gas mulai dibuka sejurus setelah bergabung di trek.

Sensasional! Itu kata yang keluar dari mulut. Begitu gas dipelintir, power mesin langsung tersalur ke roda. Gas terus dibuka. Akselerasi gak pernah putus, baik di turunan maupun tanjakan sirkuit Sepang.

Sempat ragu dan nyali kendur saat keluar tikungan, takut motor melintir jika gas dibuka mendadak. Apalagi dengan isu Michelin di MotoGP. Nekat lakukan itu di tikungan parabolik, eh RC212V tetap ‘diam’. Power delivery ini mulus. Tidak mengentak. Justru berkesan smooth dan jinak.

Terus melesat di back straight sirkuit Sepang. Nah, di lintasan ini baru ketemu masalah. Salah persneling, Bro! Maunya sih dari 4 turunin 3 terus 2, eh malah masuk gigi 5. Salah oper! Bukannya turun kecepatan eh motor ngeloyor lagi.

Nyaris masuk gravel! Walah! Saking senangnya lupa konfigurasi persneling 800 cc ini. Naik perseneling 2 sampai 6, tuas pesneling diinjak ke bawah. Gigi satu dicungkil ke atas. Tipe sport Indonesia kalo turun gigi kaki menekan tuas persneling. Tapi di RC212V, kebalikannya. Nurunin gigi justru mencungkil tuas persneling.

Meski mis-gear, rem depan luar biasa pakem. Kesalahan segera bisa dikoreksi dan motor kembali ke racing line, walau detak jantung motor plus sudah tak karuan.

Jatung belum berhenti sudah menunggu trek lurus di depan pit. Tim Motor Plus penasaran, bagaimana rasanya melesat kayak peluru seperti Pedrosa. Sejak keluar R15 (tikungan terakhir), coba rolling speed pada gigi 2. Begitu moncong R212V mengarah ke trek lurus, gas dibuka habis dalam keadaan miring.

Cuek, toh ada komputer yang ikut mikir! Blas... Pindah gigi 3 sampe 6, gas pol. Busyet! Tetap, kepala godhek kena angin. Padahal, helm sudah mepet sama tangki dan badan streamline abiz!

Enggak tahu deh itu lari berapa? Wong di kokpit cuma ada takometer analog dan posisi persneling pakai angka digital. Yang teringat jarum menunjuk 15.000 rpm pada gigi 6.

Untuk ngelirik penuh perjuangan. Karena semua pandangan enggak jelas. Bukan karena embun atau kaca helm berkabut. Tapi kecepatan sangat tinggi. Papan penunjuk jarak di kiri trek terlihat kabur. Ampyun!

Lebih kaget lagi ketika bersiap menyongsong R1. Kepala mendongak sambil tarik rem depan. Eh, begitu kepala naik, badan malah ketarik ke belakang. Itu akibat kuatnya terpaan angin. Lupa, bahwa mengangkat kepala dan badan harus masih satu garis dengan tudung depan. Jadi, dilarang seketika mengangkat badan tinggi-tinggi. Yah, namanya juga lupa.

Gelagapan, setang pun digengam lebih kuat. Begitu tuas rem depan dicolek 2 jari, giliran badan yang mau terlempar ke depan. Saking pakemnya, badan seperti didorong pakai benda berat agar terlempar ke depan. Ini namanya gaya gravitasi

Tapi meski motor powerful dan kemampuan pengereman demikian hebat, kedua tangan tidak merasakan pegal berarti selama menjajal 4 lap.

Motor plus yakin, bila punya banyak kesempatan bukan tak mungkin bisa membukukan kecepatan fantastis. Pedrosa pun bisa lewat. Maksudnya, silakan saja Pedrosa lewat kiri atau kanan.



Tidak ada komentar: